Senin, 31 Mei 2010

Materi Mata pelajaran untuk anak SD perlu atau tidak?

Materi Mata pelajaran untuk anak SD perlu atau tidak?

Ketika ada pertanyaan apa bunyi pasal 27 UUD dalam soal UAS atau UPM di sekolah dasar. rasanya kok lucu dan menggelitik. Ketika anak hafal pasti akan senang menjawab, untuk anak yang gak hafal pasti bingung, dan menggerutu soal kok seperti ini, apa saya harus hafal isi UUD?… wong anggota DPR / MPR yang bikin aja gak hafal apalagi saya, dan gunanya saya hafal juga buat apa, emang gue pikirin. Tapi klo disuruh jawab ya.. akhrnya menghitung kancing aja yang penting diisi, syukur-syukur bener he….

Melihat kejadian di atas maka kiranya pemerintah khususnya menteri pendidikan dan departemennya harus mempunyai langkah-langkah yang konkret untuk menghasilkan investasi yang luar biasa yaitu generasi penerus bangsa Indonesia ini. Kalau tidak mau dibawa kemana bangsa ini?… Sebagai orang yang berkecipung di dunia pendidikan rasanya hati ini melihat bahwasannya pemerintah hanya sekedar mengurusi proyek pembuatan kurikulum, sertifikasi guru, dll. tanpa memperhatikan kondisi anak bangsa sesungguhnya. Realitanya bahwa kurikulum dibuat untuk memenuhi tuntutan sipembuat, dan mengejar prestice di tingkat manca negara dengan bangga pamer menjadi juara dunia olimpiade mata pelajaran, disisi lain banyak anak di pedalaman yang masih belum bisa membaca atau menulis, bahkan di kota maupun desa juga masih sulit mengerjakan soal UPM ataupun UAS. Mengapa demikian? kalau dikaji saya melihat bahwa materi yang diberikan ditingkat sekolah dasar cenderung tidak memperhatikan kondsi kejiwaan, sosial, emosional, intelegensi seorang anak. Akhirnya guru berusaha bagaimana menyampaikan materi sebanyak-banyaknya agar dapat mengerjakan soal, dan berorientasi bagaimana sekolahnya dipandang masyarakat unggul dikarenakan nilai yang tinggi, bukan bagaimana belajar yang asyik bagi anak. Hal inilah yang menyiksa anak bangsa kita. Pada saat SMA atau perguruan tinggi anak bangsa ini menjadi loyo, stres, maka mudah sekali untuk dijajah oleh bangsa lain, dengan diberi minuman keras, narkoba, dsb. apakah ini akan berlanjut terus?…………….. ayo pak mentri ubah kurikulum kita yang tidak bermanfaat bagi anak bangsa ini.

Kalau boleh usul nih sebaiknya mata pelajaran yang tidak bermanfaat bagi anak di hilangkan aja seperti PPKn. dan mata pelajaran yang lain disesuaikan dengan perubahan jaman dan sesuai tingkat usia anak, misal untuk IPS masalah geografis wilayah Indonesia bukan hafalan nama profensi dan ibu kota, dll. tapi bagaimana cara membaca peta yang baik ini yang ditekankan. masalah kebudayaan mengapa anak kita disuruh hafal tari a berasal dari b. Hal ini lah yang membuat anak bangsa ini tidak paham dan cinta terhadap budaya nusantara. ujung-ujungnya kebudayaan kita dicaplok negara lain. ya nggak…. sedangkan anak bangsa kita cepat mengikuti tradisi barat yang nota bene bertentangan dengan nilai-nilai agama dan budaya bangsa. Untuk mencegah itu salah satu jalan mkeluarnya adalah pendidikan dengan benar-benar menekankan kurikulum berdasarkan budaya bangsa Indonesi bukan mengapdosi budaya atau kurikulum bangsa lain. Hal ini saya kiraterjadi dikarenakan bangsa Indonesia tidak mempunyai kepercayaan diri dan terlalu mengagungkan bahasa inggris, dengan dalih ilmu pengetahuan selalu berbahasa inggris. cobalah berpikir wahai manusia indonesia orang inggris tidak mau belajar bahasa indonesia mengapa kita selalu mengunggulkan bhs inggris lucu sekali bangsa ini. Ayo berubah…. segera berubah….

Artikel terkait :

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | SharePoint Demo